Laman

Rabu, 20 Februari 2013

PAUS

1. BENEDICTUS PP XVI


”Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah”

Joseph Alois Ratzinger lahir dalam keluarga katolik yang saleh. Ia merupakan buah hati dari Joseph Ratzinger, yang merupakan seorang komisaris polisi yang berasal dari keluarga petani dengan ekonomi yang lemah dan Maria Riger, yang berasal dari keluarga tukang. Mereka sangat menentang Nazi. 

Riwayat dan Perjalanan Hidup Paus Benedictus XVI

BENEDICTUS PP XVI



Sri Paus Benediktus XVI (terlahir sebagai Joseph Alois Ratzinger) lahir di Marktl am Inn, Bayern, Jerman, pada tanggal 16 April 1927. berasal dari keluarga petani dan anti Nazi. juga merupakan keluarga yang saleh. Terpilih menjadi Pemimpin Gereja Katolik Roma pada tanggal 19 April 2005, dengan menggantikan pendahulunya, Paus Yohanes Paulus II. Benedictus XVI merupakan Paus berdarah Jerman pertama sejak Paus Adrianus VI (1522-1523). Ia merupakan Paus Jerman kedelapan dalam sejarah sejak Paus berdarah Jerman pertama Paus Gregorius V. 



”Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah”

Joseph Alois Ratzinger lahir dalam keluarga katolik yang saleh. Ia merupakan buah hati dari Joseph Ratzinger, yang merupakan seorang komisaris polisi yang berasal dari keluarga petani dengan ekonomi yang lemah dan Maria Riger, yang berasal dari keluarga tukang. Mereka sangat menentang Nazi.
Joseph Ratzinger dan Maria Riger dikarunia tuga orang anak. Yang sulung, George Ratzinger, yang kelak menjadi imam sekaligus musikus; anak kedua, seorang puteri yang diberi nama Maria Ratzinger, dan yang bungsu Joseph Alois Ratzinger, yang kini menjadi Bapa Suci Paus Benediktus XVI.


Joseph Alois Ratzinger dilahirkan pada hari Jumat Agung, 16 April 1927 di Marktl am Inn, Bavaria, Jerman dan dibaptis keesokan harinya pada Malam Paskah. Dalam otobiografinya, “Milestones”, bapa suci menulis, “Sebagai orang pertama yang dibaptis dengan air baru, sungguh merupakan suatu penyelenggaraan ilahi yang luar biasa. Aku senantiasa dipenuhi rasa syukur bahwa hidupku ditenggelamkan begitu rupa dalam Misteri Paskah.... Semakin aku merenungkannya, semakin tepat rasanya bahwa aku dibaptis pada Malam Paskah, bukan pada Hari Raya Paskah. Kita masih menanti Paskah, belum berada dalam terang Paskah yang penuh, melainkan berjalan menuju terang itu, dengan penuh pengharapan.”

Sejak masa kanak-kanaknya, Joseph kecil tidak bercita-cita lain selain daripada menjadi seorang imam. Bahkan saat berusia enam tahun, ia telah mengumumkan bahwa ia akan menjadi seorang uskup!

Mengenai ayahnya, bapa suci mengisahkan, “Ayahku melihat tanpa keraguan sedikit pun bahwa kemenangan Hitler akan menjadi kemenangan anti Kristus, bukan kemenangan Jerman, awal dari masa-masa Kitab Wahyu bagi segenap umat beriman - dan bukan hanya mereka saja.” Karena kritiknya yang terang-terangan terhadap Nazi, keluarga Ratzinger harus pindah ke Auschau am Inn, di kaki pegunungan Alpen pada bulan Desember 1932. Pada tahun 1937, ayahnya mencapai usia pensiun 60 tahun dan mereka pindah ke Hufschlag, di pinggiran kota Traunstein, di mana Joseph melewatkan masa remajanya. Di sinilah ia mulai belajar bahasa Latin dan Yunani.


MASA REMAJA

Pada tahun 1939, Joseph yang masih belia masuk seminari di Traunstein. Ketika usianya beranjak 14 tahun, Joseph bergabung dengan Pemuda Hitler, sesuai ketentuan wajib sejak tahun 1938. Joseph sama sekali tidak tertarik, dan bersama teman-teman seminari lainnya berusaha menghindarkan diri dari pertemuan-pertemuan Nazi. Dua tahun kemudian, tahun 1943, saat ia berumur 16 tahun, Joseph, bersama seluruh teman sekelasnya di seminari, ditugaskan wajib militer dalam korps anti pesawat terbang. Mereka masih diperkenankan mengikuti pelajaran di Maximilians - Gymnasium di Munich tiga hari dalam seminggu.

Pada bulan September 1944, Joseph yang saat itu berusia 17 tahun, ditugaskan wajib militer di suatu batalyon yang dikomandani oleh seorang Austria “Nazi Tua” yang fanatik. Bapa suci menulis, “Suatu malam kami diseret dari tempat tidur kami dan diperintahkan berbaris, dalam keadaan setengah tidur, dengan mengenakan baju training. Seorang perwira SS menyuruh kami maju satu persatu. Dengan memanfaatkan keadaan kami yang masih mengantuk dan dengan menempatkan kami di hadapan seluruh pasukan, ia berusaha mendesak kami bekerja “sukarela” untuk Waffen-SS. Begitulah, sejumlah besar teman yang berkehendak baik dipaksa bekerja untuk kelompok kriminal ini. Bersama beberapa teman, aku sungguh senang dapat mengatakan bahwa kami ingin menjadi imam Katolik. Lalu kami dibebaskan dengan caci-maki penghinaan dan siksa. Namun demikian, betapa nikmat rasanya  segala penghinaan itu, yang membebaskan kami dari ancaman “kerja sukarela” dusta ini dengan segala konsekuensinya.

Bahaya maut mengancam Joseph pada hari-hari menjelang kekalahan Jerman pada awal bulan Mei 1945. Mengambil kesempatan dalam kekacaubalauan perang, ia meninggalkan dinas militer dan pulang ke rumah, mempertaruhkan nyawa meluputkan diri dari para tentara yang ditempatkan di tiap-tiap persimpangan jalan dengan perintah untuk menembak di tempat semua prajurit yang “mangkir”. Ia berhasil meloloskan diri dan tiba di rumah hanya untuk masuk dalam bahaya yang bahkan lebih besar. Dua perwira SS masuk dan tinggal di rumah keluarga Ratzinger. Beberapa teman mereka telah menggantung mati beberapa prajurit muda yang ketahuan mangkir. Hanya karena perlindungan Allah yang Mahabaik, kedua perwira SS itu sekonyong-konyong menghilang, tanpa menyentuh baik Joseph maupun ayahnya.

Sementara itu, musin panas 1945, pasukan sekutu akhirnya tiba di desa tempat tinggalnya dan menjadikan rumah keluarga Ratzinger sebagai pangkalan mereka. Joseph dikenali sebagai tentara Jerman dan karenanya ditangkap sebagai tawanan perang dan dikurung di kamp POW. Enam minggu kemudian, tanggal 19 Juni 1945, ia dibebaskan dan pulang ke rumah. “Yerusalem surgawi tak akan lebih indah bagiku. Inilah Pesta Hati Kudus Yesus. Aku boleh mendengarkan madah dan doa-doa dilambungkan dari gereja…. Tak pernah sepanjang hidupku aku menikmati santapan yang lebih sedap dari masakan sederhana yang disiapkan ibu bagi kami dari hasil kebun kami sendiri…. Beberapa minggu kemudian, kakak sulungku muncul, kulitnya kecoklatan terbakar matahari Italia; ia duduk di piano dan memainkan “Allah yang Kudus, Kami Memuliakan Nama-Mu”. Bulan-bulan berlalu, di mana sekali lagi kami boleh mengecap kebebasan, sungguh merupakan kenangan terindah sepanjang hidupku.”


IMAMAT

Bulan Januari 1946, bersama Georg dan 120 teman seminari, Joseph masuk kembali ke seminari di Keuskupan Munich. Kejamnya hidup dalam perang yang harus mereka alami membuat mereka semua haus menuntut ilmu. “Kami bertekad mengejar ketinggalan kami dari tahun-tahun yang hilang, untuk melayani Kristus dalam GerejaNya, demi masa depan yang baru, yang lebih baik, demi Jerman yang lebih baik, demi dunia yang lebih baik,” demikian tulis bapa suci dalam buku kenangannya. “Tak seorang pun dari antara kami yang ragu bahwa Gereja merupakan pilihan yang tepat bagi harapan-harapan kami. Kendati kelemahan-kelemahan manusiawi, Gereja tetap bertahan dalam menghadapi serangan gencar Nazi. Di tengah neraka yang melahap segala kekuatan lain dalam masyarakat, Gereja tetap kokoh dengan kekuatan yang bukan dari dunia ini. Janji Kristus telah digenapi: alam maut tak akan menguasainya. Kami tahu seperti apa alam maut itu. Kami telah melihatnya dengan mata kami sendiri. Tetapi, kami melihat juga rumah yang tetap kokoh berdiri, sebab dibangun di atas batu karang.”

Pada tanggal 29 Juni 1951, Georg dan Joseph Ratzinger ditahbiskan sebagai imam oleh Kardinal Faulhaber di Katedral Freising, pada Pesta Santo Petrus dan Paulus. Pastor Ratzinger mulai mengajar, di samping itu ia juga belajar filsafat dan teologi di Universitas Munich dan di Sekolah Tinggi Freising. Pada tahun 1953, ia memperoleh gelar doktor dalam bidang teologi dengan tesisnya yang berjudul “Umat dan Rumah Tuhan dalam Doktrin Gereja St Agustinus”. Empat tahun sesudahnya, ia menjadi dosen, kemudian mengajar dogma dan teologi fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising, lalu di Bonn dari tahun 1959 hingga 1969, Münster dari tahun 1963 hingga 1966, Tubinga dari tahun 1966 hingga 1969. Sejak tahun 1969, Pastor Ratzinger menjadi professor teologi dogmatik dan sejarah dogma di Universitas Regensburg, sekaligus menjabat Wakil Rektor universitas yang sama.

Pada tahun 1962, Pastor Ratzinger telah terkenal ketika, dalam usia 35 tahun, ia menjadi penasehat ahli teologi bagi Uskup Agung Cologne, Kardinal Joseph Frings, dalam Konsili Vatikan II.

Di antara begitu banyak karyanya, yang paling menonjol adalah, “Pengantar Agama Kristen,” berisi kumpulan pelajaran kuliah tentang pengakuan iman apostolik, diterbitkan tahun 1968; “Dogma dan Wahyu,” sebuah bunga rampai, kumpulan khotbah dan renungan yang dipersembahkan bagi pelayanan pastoral, diterbitkan tahun 1973.

Bulan Maret 1997, Paus Paulus VI menetapkannya sebagai Uskup Agung Munich dan Freising. Tanggal 28 Mei 1977 ia ditahbiskan. Moto episkopalnya adalah “Cooperatores Veritatis”, pekerja-pekerja kebenaran, yang diambil dari 3Yohanes 8. Moto ini melambangkan jalinan kebenaran dan kasih, iman pribadi dan kekatolikan Gereja, pun inter-relasi antara para gembala dan umat beriman, yang, dengan caranya masing-masing, saling ikut ambil bagian dalam kewajiban dan rahmat Injil.

Dalam konsistori tanggal 27 Juni 1977, Paus Paulus VI mengangkatnya sebagai kardinal.

Pada tanggal 25 November 1981, Paus Yohanes Paulus II menunjuk Kardinal Ratzinger sebagai Prefek Kongregasi untuk Ajaran Iman; Ketua Komisi Kitab Suci dan Komisi Teologi Internasional Kepausan.

Pada tanggal 6 November 1998, Kardinal Ratzinger dipilih sebagai Subdekan Dewan Kardinal dan pada tanggal 30 November 2002 Paus Yohanes Paulus II mengesahkan pemilihannya oleh para kardinal sebagai Dekan Dewan Kardinal. Sebagai Presiden Komisi bagi Persiapan Katekismus Gereja Katolik yang baru, ia bekerja selama enam tahun (1986 - 1996) sebelum akhirnya mempersembahkan Katekismus baru kepada Bapa Suci.

Kardinal Ratzinger termasuk salah seorang yang paling berpengaruh dan dihormati di Vatikan. Ia merupakan tangan kanan serta rekan terdekat Paus Yohanes Paulus II. Ia pula yang memimpin pemakaman Sri Paus Yohanes Paulus II pada tanggal 8 April 2005, dan ia juga yang memimpin conclave yang dimulai pada tanggal 18 April 2005 yang lalu.

Berulangkali Kardinal Ratzinger mengatakan bahwa ia ingin mengundurkan diri ke suatu desa di Bavaria dan mengabdikan sisa hidupnya untuk menulis. Tetapi, akhirnya juga, ia mengatakan bahwa ia “siap menerima segala beban tanggung jawab yang diletakkan Tuhan ke atas pundaknya.”

Pada tanggal 19 April 2005 pukul 5.50 sore, Kardinal Ratzinger terpilih sebagai penerus Paus Yohanes Paulus II sebagai paus Gereja Katolik Roma yang ke-265 dengan nama Paus Benediktus XVI.

Bapa Suci Paus Benediktus XVI menguasai sepuluh bahasa. Ia seorang pianis ulung, teristimewa dalam karya-karya Mozart dan Beethoven.

Paus Benediktus XVI merupakan paus German yang kedelapan.


sumber : 1. “Cardinal Recollections” by Fr Hughes; Our Sunday Visitor; 2. Ratzinger Fan Club; www.ratzingerfanclub.com; 3. Biography of Pope Benedict XVI; www.vatican.va; 4. WIKIPEDIA, the free encylopedia; en.wikipedia.org; 5. berbagai sumber

“disarikan dan diterjemahkan oleh YESAYA: www.indocell.net/yesaya”


Senin, 18 Februari 2013

SEJARAH KEUSKUPAN MANADO



SELAYANG PANDANG: SEJARAH GEREJA
KATOLIK DI KEUSKUPAN MANADO

  1. 1. Melalui dinamika dan tahapan-tahapan perkembangan sejak abad 16, akhirnya misi katolik di Sulawesi Utara menghasilkan buah-buah indah bagi Gereja dengan terbentuknya Keuskupan Manado. Bagaimana misi katolik bertumbuh dan berkembang di Sulawesi Utara hingga terbentuknya Keuskupan Manado?
  • Misi katolik bertumbuh dan berkembang di Sulawesi Utara hingga terbentuknya Keuskupan Manado terjadi dalam 3 tahap periode:

PAUS JOHANES PAULUS II





PAUS YOHANES PAULUS II,
Sang Burung Kelana
(1920 – 2005)
Hidup di dunia ini, hanyalah merupakan suatu anugerah dan kesempatan yang diberikan oleh Allah kepada setiap orang. Kematian bukanlah merupakan akhir dari hidup ini. Akan tetapi, kematian itu merupakan awal dari hidup baru yang kekal. Setiap orang mempunyai waktunya sendiri. Tak ada manusia yang dapat luput dari kematian, sekalipun ia orang suci. Untuk itu, agar dapat mencapai suatu kehidupan yang abadi di Surga, kita harus menjalankan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Tak semua orang telah menjalankan tugasnya di dunia ini dengan semestinya. Akan tetapi, masih ada juga sosok yang dapat menjalankan semua itu dengan baik. Ialah, Paus Yohanes Paulus II, Agung. Dengan semangat Totus Tuus-nya, ia dapat menghantar orang ke jalan yang benar. Banyak sekali usaha yang telah dilakukannya semasa hidupnya.

MARTIN LUTER (SANG REFORMATOR)


MARTIN LUTHER
Sang Reformator

Martin Luther bukan merupakan satu-satunya orang yang ingin mengadakan Reformasi atau Pembaharuan. Sebelum dan sesudahnya masih ada banyak orang yang ingin melakukan Reformasi, seperti Yohanes Calvin, yang memelopori Gereja Kalvinis, Raja Henry VII, yang memelopori Gereja Anglikan, dan sebagainya. Martin Luther semula adalah seorang imam dalam suatu biara, tetapi karena adanya banyak ketimpangan yang dilakukan oleh Gereja, maka ia mengadakan Reformasi. Akibat dari semua itu, Gereja terpecah belah dan orang yang menganut ajaran Luther ini disebut “Lutheran atau Protestan”

Rabu, 13 Februari 2013

MUKJIZAT PERBANYAKAN ROTI



Pendahuluan
Roti adalah makanan yang dibuat dari bahan pokok tepung terigu. Di beberapa daerah, roti merupakan makanan pokok sehari-hari. Pada zaman Yesus, bahkan sebelum Yesus datang ke dunia ini, roti sudah menjadi makanan pokok. Di pesta-pesta, yang disajikan bukanlah nasi melainkan roti. Roti biasanya dipasangkan dengan anggur. Roti dan anggur adalah bahan yang dipilih oleh Yesus, waktu merayakan Perjamuan Suci pada malam sebelum wafat-Nya demi penebusan umat manusia. Itu menjadi tanda pengorbanan dan sebagai tanda hubungan antara Yesus dengan umat-Nya. Perayaan Ekaristi dalam Gereja Purba disebut berkumpul untuk memecahkan roti (Kis 2,42;20,7). Para Pujangga Gereja menegaskan bahwa agar Sakramen Ekaristi itu dapat dirayakan secara sah, maka bahan yang digunakan untuk konsekrasi hanyalah roti dan anggur.