MARTIN LUTHER
Sang Reformator
Martin Luther bukan merupakan satu-satunya orang yang ingin
mengadakan Reformasi atau Pembaharuan. Sebelum dan sesudahnya masih ada banyak
orang yang ingin melakukan Reformasi, seperti Yohanes Calvin, yang memelopori
Gereja Kalvinis, Raja Henry VII, yang memelopori Gereja Anglikan, dan
sebagainya. Martin Luther semula adalah seorang imam dalam suatu biara, tetapi
karena adanya banyak ketimpangan yang dilakukan oleh Gereja, maka ia mengadakan
Reformasi. Akibat dari semua itu, Gereja terpecah belah dan orang yang menganut
ajaran Luther ini disebut “Lutheran atau Protestan”
Gereja Sebelum Sang Reformator
Keadaan Gereja pada abad XVI sangat menyedihkan. Gereja terlibat dalam banyak
urusan duniawi. Paus sangat berkuasa, baik dalam urusan Gereja maupun
kenegaraan. Korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja sudah menjadi hal biasa.
Banyak pejabat Gereja melalaikan tugas rohani mereka, banyak
imam menjadi tidak terdidik, mempunyai istri-istri gelap dan tinggal bersama
mereka, tidak mampu berkhotbah, dan bahkan tidak mampu mengajar umat. Agama
sering dipandang hanya sebagai rutinitas sehari-hari.
Dalam situasi yang seperti itu, banyak orang yang mau
melakukan pembaharuan, tetapi tidak dihiraukan dan ditanggapi oleh Gereja. Maka
kemudian tampillah Martin Luther, Sang Reformator.
Kelahiran dan Masa Muda
Martin Luther lahir pada tanggal 11 November 1483, di sebuah
kota tambang Eisleben, Saksen, German. Ia merupakan putra kedua dari pasangan
suami istri, Hans Luther dan Margareth Lindemann.
Hans Luther bekerja sebagai pekerja tambang di Eisleben,
Saksen. Kemudian mereka pindah ke Mansfeld. Di sana Hans Luther diangkat
menjadi anggota Dewan Kota. Karena jabatan yang diembannya itu, maka ia memaksa
Martin untuk bersekolah dan mengambil jurusan hukum. Akan tetapi, hanya
beberapa bulan saja ia bersekolah, ia berhenti dan mengasingkan diri ke sebuah
biara. Hal itu dikarenakan bahwa ia telah berjanji kepada Tuhan untuk menjadi
seorang biarawan. Ayahnya sangat marah dan kecewa. Namun ia tidak bisa berbuat
apa-apa, karena itu sudah menjadi keputusan anaknya.
Biarawan, Mahasiswa dan Dosen
Martin Luther adalah seorang
yang sukar dipahami dan dimengerti. Pada suatu saat ia lincah, periang,
menyukai nyanyian dan pergaulan, tetapi pada saat yang lain ia keras kepala,
pemenung, takut akan murka Tuhan, dan bahkan suka menghukum diri sendiri. Semua
itu dilakukannya hanya untuk mencari kedamaian hati dan mencari jawaban atas
pertanyaa: “Bagaimana saya memperoleh Tuhan yang rahim?”. Luther melihat bahwa
jalan yang nyata untuk memperoleh itu adalah dengan masuk salah satu serikat
rohaniwan. Dan pada umur 22 tahun, ia masuk biara ordo Santo Agustinus di
Erfurt.
Martin Luther menjalani panggilannya dengan melakukan
berbagai bentuk tapa dengan berpuasa secara berlebih-lebihan dan berdoa selama
berjam-jam sampai larut malam. Namun apa yang dicarinya masih belum ditemukan.
Akhirnya ia ditahbiskan imam pada tahun 1507.
Melihat bakatnya, kepala biara memutuskan supaya ia mengajar
sekaligus belajar di Universitas Wittenberg. Di sana ia sangat dihormati dan
dipuji oleh para dosen dan mahasiswa karena pemikirannya yang sangat hebat. Dan
pada tahun 1513, ia diangkat menjadi maha guru exegese di Wittenberg. Meskipun
hal itu telah dicapainya, tetap saja ia masih gelisah dan belum mendapatkan apa
yang dicarinya selama ini.
Akhirnya pada suatu hari ketika ia berada di atas sebuah
menara, seolah-olah ia mendapat jawaban atas pertanyaannya, yaitu: Tuhan yang
membenarkan manusia bukan karena perbuatannya, melainkan karena pembenaran yang
diperoleh Kristus dengan wafat-Nya (Sola Gratia). Dengan usaha manusia
itu sendiri, ia tidak pernah menjadi baik, suci atau benar. Tetapi dosanya tidak
diperhitungkan lagi karena jasa-jasa Kristus. Manusia tidak menjadi orang benar
dan baik, tetapi dianggap Allah sebagai benar.
Luther juga menemukan penegasan pandangannya mengenai
pembenaran dengan menafsirkan Rom 1:17. Maka, hati Luther menjadi tenang dan
merasakan sapaan Allah langsung kepadanya secara pribadi. Pembenaran ilahi ini
harus diimani (Sola Fide).
“Salam Roma Yang Suci”
Setelah kurang lebih 2 tahun mengajar dan belajar, maka ia
ditugasi untuk pergi ke Roma menyertai seorang rahib senior dalam suatu tugas
diplomatik bagi Ordo St. Agustinus. Mereka meninggalkan Wittenberg pada bulan
November 1510, pada ulang tahun Martin Luther yang ke 27.
Setelah perjalanan yang begitu panjang, akhirnya mereka tiba
di Roma. Martin berlutut dan berdoa, “Salam Roma yang Suci!”. Ia begitu
terkesan melihat karya-karya kesenian Renaissance. Tapi tujuan ia pergi ke Roma
bukanlah itu, ia harus melakukan urusan biara dan juga sebagai seorang
peziarah.
Di antara kebanggaannya mengenai kesenian Renaissance, ada
juga hal yang membuatnya kecewa, yakni istana-istana para kardinal yang mewah.
Meskipun demikian ia masih percaya akan kekuasaan Gereja.
Satu bulan pun berlalu. Tugas mereka telah selesai, maka
bersama rahib yang mendampinginya, ia kembali ke biaranya. Selama berada di
Roma rahmatnya semakin bertambah dan dapat sedikit menenangkan jiwanya.
Ancaman Bagi Gereja
Selama berada dalam biara, Martin mendengar issue-issue
tentang Gereja, misalnya penyalahgunaan wewenang Gereja demi kepentingan
politik, penjualan indulgensi, yang meniadakan hukuman akibat dosa, dan sebagai
imbalannya harus memberikan sumbangan berupa uang kepada Gereja. Selain itu
masih ada banyak ketimpangan yang dilakukan oleh Gereja, misalnya stipendia
untuk misa arwah, sumbangan untuk membangan Gereja bersama dengan patung-patung
yang menghiasinya, pajak untuk Roma, ziarah dan puasa, relikwi dan kaul-kaul,
dan lain-lain.
Melihat hal tersebut, maka Martin Luther menyusun 95 dalil,
yang isinya menentang wewenang dan kekuasaan paus.
Kemudian pada tahun 1520 terbitlah beberapa karangan Luther
yang menguraikan pokok pandangannya:
- De
Captivitate Babylonica Ecclesiae, mengenai pembuangan Gereja di
Babilonia.
- An
den Christlichen Adel, kepada kaum bangsawan Kristen.
- Von
der Freiheit des Christenmenschen, tentang kebebasan orang Kristen.
Melihat karangan-karangan Luther ini, paus mengeluarkan Exsurge
Domine yang mengutuk 41 dalil Luther dan mengumumkan pengucilannya.
Karena adanya Exsurge Domine yang
dikeluarkan oleh paus, maka ia disembunyikan di puri Wartburg selama satu
tahun.
Akibat Reformasi
Selama berada dalam persembunyian, ia mendengar tentang
adanya perpecahan dalam Gereja. Banyak Gereja dibakar dan dibongkar, imam-imam
dibunuh dan diasingkan, banyak perempuan-perempuan Kristen Katolik diperkosa,
dibunuh, dan lain-lain.
Luther semula tidak menginginkan perpecahan. Ia hanya ingin
memelopori perubahan. Tetapi ia malah terseret oleh umat yang sangat
mendambakan perubahan besar.
Pendukung-pendukung Luther terdiri atas kelompok-kelompok
orang yang memiliki alasan yang berbeda-beda, misalnya para bangsawan yang
mengingini milik biara, warga yang mendambakan kebebasan berpikir, para petani
yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, dan lain-lain. Maka, Martin Luther
tampil sebagai pahlawan kebebasan bagi mereka.
Paus sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Perubahan besar
telah terjadi di mana-mana. Dan akhirnya Gereja terpecah belah. Orang yang
menganut ajaran Luther disebut Luteranisme atau Protestan.
Pada tahun 1524, Luther melepaskan imamatnya dan menikah
dengan Katarina Von Bora, seorang wanita bekas biarawati. Kemudian ia menyusun
cara-cara ibadat baru dan menulis lagu-lagu Gerejani.
Luther meninggal pada tanggal 18 Februari 1546, ketika dalam
perjalanan menuju Eisleben, tempat kelahirannya.
Daftar Pustaka:
ü
Edith Simon, Zaman Reformasi, (Tira Pustaka: Jakarta)
ü
Ensiklopedi Geraja
ü
Komisi Kateketik KWI, Pendidikan Agama Katolik 3A, (Kanisius:
Yogyakarta, 2004)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar