Laman

Senin, 18 Februari 2013

MARTIN LUTER (SANG REFORMATOR)


MARTIN LUTHER
Sang Reformator

Martin Luther bukan merupakan satu-satunya orang yang ingin mengadakan Reformasi atau Pembaharuan. Sebelum dan sesudahnya masih ada banyak orang yang ingin melakukan Reformasi, seperti Yohanes Calvin, yang memelopori Gereja Kalvinis, Raja Henry VII, yang memelopori Gereja Anglikan, dan sebagainya. Martin Luther semula adalah seorang imam dalam suatu biara, tetapi karena adanya banyak ketimpangan yang dilakukan oleh Gereja, maka ia mengadakan Reformasi. Akibat dari semua itu, Gereja terpecah belah dan orang yang menganut ajaran Luther ini disebut “Lutheran atau Protestan”

Gereja Sebelum Sang Reformator
                  Keadaan Gereja pada abad XVI sangat menyedihkan. Gereja terlibat dalam banyak urusan duniawi. Paus sangat berkuasa, baik dalam urusan Gereja maupun kenegaraan. Korupsi dan komersialisasi jabatan Gereja sudah menjadi hal biasa.
Banyak pejabat Gereja melalaikan tugas rohani mereka, banyak imam menjadi tidak terdidik, mempunyai istri-istri gelap dan tinggal bersama mereka, tidak mampu berkhotbah, dan bahkan tidak mampu mengajar umat. Agama sering dipandang hanya sebagai rutinitas sehari-hari.
Dalam situasi yang seperti itu, banyak orang yang mau melakukan pembaharuan, tetapi tidak dihiraukan dan ditanggapi oleh Gereja. Maka kemudian tampillah Martin Luther, Sang Reformator.

Kelahiran dan Masa Muda
Martin Luther lahir pada tanggal 11 November 1483, di sebuah kota tambang Eisleben, Saksen, German. Ia merupakan putra kedua dari pasangan suami istri, Hans Luther dan Margareth Lindemann.
Hans Luther bekerja sebagai pekerja tambang di Eisleben, Saksen. Kemudian mereka pindah ke Mansfeld. Di sana Hans Luther diangkat menjadi anggota Dewan Kota. Karena jabatan yang diembannya itu, maka ia memaksa Martin untuk bersekolah dan mengambil jurusan hukum. Akan tetapi, hanya beberapa bulan saja ia bersekolah, ia berhenti dan mengasingkan diri ke sebuah biara. Hal itu dikarenakan bahwa ia telah berjanji kepada Tuhan untuk menjadi seorang biarawan. Ayahnya sangat marah dan kecewa. Namun ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena itu sudah menjadi keputusan anaknya.

Biarawan, Mahasiswa dan Dosen
      Martin Luther adalah seorang yang sukar dipahami dan dimengerti. Pada suatu saat ia lincah, periang, menyukai nyanyian dan pergaulan, tetapi pada saat yang lain ia keras kepala, pemenung, takut akan murka Tuhan, dan bahkan suka menghukum diri sendiri. Semua itu dilakukannya hanya untuk mencari kedamaian hati dan mencari jawaban atas pertanyaa: “Bagaimana saya memperoleh Tuhan yang rahim?”. Luther melihat bahwa jalan yang nyata untuk memperoleh itu adalah dengan masuk salah satu serikat rohaniwan. Dan pada umur 22 tahun, ia masuk biara ordo Santo Agustinus di Erfurt.
Martin Luther menjalani panggilannya dengan melakukan berbagai bentuk tapa dengan berpuasa secara berlebih-lebihan dan berdoa selama berjam-jam sampai larut malam. Namun apa yang dicarinya masih belum ditemukan. Akhirnya ia ditahbiskan imam pada tahun 1507.
Melihat bakatnya, kepala biara memutuskan supaya ia mengajar sekaligus belajar di Universitas Wittenberg. Di sana ia sangat dihormati dan dipuji oleh para dosen dan mahasiswa karena pemikirannya yang sangat hebat. Dan pada tahun 1513, ia diangkat menjadi maha guru exegese di Wittenberg. Meskipun hal itu telah dicapainya, tetap saja ia masih gelisah dan belum mendapatkan apa yang dicarinya selama ini.
Akhirnya pada suatu hari ketika ia berada di atas sebuah menara, seolah-olah ia mendapat jawaban atas pertanyaannya, yaitu: Tuhan yang membenarkan manusia bukan karena perbuatannya, melainkan karena pembenaran yang diperoleh Kristus dengan wafat-Nya (Sola Gratia). Dengan usaha manusia itu sendiri, ia tidak pernah menjadi baik, suci atau benar. Tetapi dosanya tidak diperhitungkan lagi karena jasa-jasa Kristus. Manusia tidak menjadi orang benar dan baik, tetapi dianggap Allah sebagai benar.
Luther juga menemukan penegasan pandangannya mengenai pembenaran dengan menafsirkan Rom 1:17. Maka, hati Luther menjadi tenang dan merasakan sapaan Allah langsung kepadanya secara pribadi. Pembenaran ilahi ini harus diimani (Sola Fide).

“Salam Roma Yang Suci”
Setelah kurang lebih 2 tahun mengajar dan belajar, maka ia ditugasi untuk pergi ke Roma menyertai seorang rahib senior dalam suatu tugas diplomatik bagi Ordo St. Agustinus. Mereka meninggalkan Wittenberg pada bulan November 1510, pada ulang tahun Martin Luther yang ke 27.
Setelah perjalanan yang begitu panjang, akhirnya mereka tiba di Roma. Martin berlutut dan berdoa, “Salam Roma yang Suci!”. Ia begitu terkesan melihat karya-karya kesenian Renaissance. Tapi tujuan ia pergi ke Roma bukanlah itu, ia harus melakukan urusan biara dan juga sebagai seorang peziarah.
Di antara kebanggaannya mengenai kesenian Renaissance, ada juga hal yang membuatnya kecewa, yakni istana-istana para kardinal yang mewah. Meskipun demikian ia masih percaya akan kekuasaan Gereja.
Satu bulan pun berlalu. Tugas mereka telah selesai, maka bersama rahib yang mendampinginya, ia kembali ke biaranya. Selama berada di Roma rahmatnya semakin bertambah dan dapat sedikit menenangkan jiwanya.

Ancaman Bagi Gereja
Selama berada dalam biara, Martin mendengar issue-issue tentang Gereja, misalnya penyalahgunaan wewenang Gereja demi kepentingan politik, penjualan indulgensi, yang meniadakan hukuman akibat dosa, dan sebagai imbalannya harus memberikan sumbangan berupa uang kepada Gereja. Selain itu masih ada banyak ketimpangan yang dilakukan oleh Gereja, misalnya stipendia untuk misa arwah, sumbangan untuk membangan Gereja bersama dengan patung-patung yang menghiasinya, pajak untuk Roma, ziarah dan puasa, relikwi dan kaul-kaul, dan lain-lain.
Melihat hal tersebut, maka Martin Luther menyusun 95 dalil, yang isinya menentang wewenang dan kekuasaan paus.
Kemudian pada tahun 1520 terbitlah beberapa karangan Luther yang menguraikan pokok pandangannya:
  • De Captivitate Babylonica Ecclesiae, mengenai pembuangan Gereja di Babilonia.
  • An den Christlichen Adel, kepada kaum bangsawan Kristen.
  • Von der Freiheit des Christenmenschen, tentang kebebasan orang Kristen.
Melihat karangan-karangan Luther ini, paus mengeluarkan Exsurge Domine yang mengutuk 41 dalil Luther dan mengumumkan pengucilannya.
Karena adanya Exsurge Domine yang dikeluarkan oleh paus, maka ia disembunyikan di puri Wartburg selama satu tahun.

Akibat Reformasi
Selama berada dalam persembunyian, ia mendengar tentang adanya perpecahan dalam Gereja. Banyak Gereja dibakar dan dibongkar, imam-imam dibunuh dan diasingkan, banyak perempuan-perempuan Kristen Katolik diperkosa, dibunuh, dan lain-lain.
Luther semula tidak menginginkan perpecahan. Ia hanya ingin memelopori perubahan. Tetapi ia malah terseret oleh umat yang sangat mendambakan perubahan besar.
Pendukung-pendukung Luther terdiri atas kelompok-kelompok orang yang memiliki alasan yang berbeda-beda, misalnya para bangsawan yang mengingini milik biara, warga yang mendambakan kebebasan berpikir, para petani yang ingin lepas dari kerja rodi dan pajak, dan lain-lain. Maka, Martin Luther tampil sebagai pahlawan kebebasan bagi mereka.
Paus sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Perubahan besar telah terjadi di mana-mana. Dan akhirnya Gereja terpecah belah. Orang yang menganut ajaran Luther disebut Luteranisme atau Protestan.
Pada tahun 1524, Luther melepaskan imamatnya dan menikah dengan Katarina Von Bora, seorang wanita bekas biarawati. Kemudian ia menyusun cara-cara ibadat baru dan menulis lagu-lagu Gerejani.
Luther meninggal pada tanggal 18 Februari 1546, ketika dalam perjalanan menuju Eisleben, tempat kelahirannya.


Daftar Pustaka:
ü            Edith Simon, Zaman Reformasi, (Tira Pustaka: Jakarta)
ü            Ensiklopedi Geraja
ü            Komisi Kateketik KWI, Pendidikan Agama Katolik 3A, (Kanisius: Yogyakarta, 2004)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar