Pendahuluan
Roti adalah makanan yang dibuat dari bahan pokok tepung
terigu. Di beberapa daerah, roti merupakan makanan pokok sehari-hari. Pada
zaman Yesus, bahkan sebelum Yesus datang ke dunia ini, roti sudah menjadi
makanan pokok. Di pesta-pesta, yang disajikan bukanlah nasi melainkan roti.
Roti biasanya dipasangkan dengan anggur. Roti dan anggur adalah bahan yang
dipilih oleh Yesus, waktu merayakan Perjamuan Suci pada malam sebelum wafat-Nya
demi penebusan umat manusia. Itu menjadi tanda pengorbanan dan sebagai tanda
hubungan antara Yesus dengan umat-Nya. Perayaan Ekaristi dalam Gereja Purba
disebut berkumpul untuk memecahkan roti (Kis 2,42;20,7). Para Pujangga Gereja
menegaskan bahwa agar Sakramen Ekaristi itu dapat dirayakan secara sah, maka
bahan yang digunakan untuk konsekrasi hanyalah roti dan anggur.
Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa roti merupakan makanan pokok, maka dengan demikian menerima roti melambangkan menerima Kristus sebagai santapan rezeki rohani. Seperti halnya dengan roti yang terbentuk karena dikumpulkan dari biji-bijian gandum yang berbeda, demikian pula dengan umat Allah dibangun dan dibentuk dari orang-orang yang berasal dari seluruh dunia. Yesus adalah santapan rohani. Dengan kata lain, semua orang harus makan agar dapat hidup, namun apa yang dimakan itu tidak akan hidup lagi. Demikian halnya dengan Yesus Kristus sendiri. Ia memberikan hidup-Nya bagi umat manusia dengan mati di kayu salib, agar manusia itu hidup secara rohani. Roti yang dibagi dalam Perayaan Ekaristi/Perjamuan Suci mengandung makan yang mendalam. Pada saat konsekrasi, roti tersebut diubah menjadi Roti kehidupan abadi untuk kita. Kristus menggunakan roti biasa sebagai tanda bagi suatu kenyataan rohani. Ia sendiri menajadi santapan hidup rohani ilahi kita.
Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa roti merupakan makanan pokok, maka dengan demikian menerima roti melambangkan menerima Kristus sebagai santapan rezeki rohani. Seperti halnya dengan roti yang terbentuk karena dikumpulkan dari biji-bijian gandum yang berbeda, demikian pula dengan umat Allah dibangun dan dibentuk dari orang-orang yang berasal dari seluruh dunia. Yesus adalah santapan rohani. Dengan kata lain, semua orang harus makan agar dapat hidup, namun apa yang dimakan itu tidak akan hidup lagi. Demikian halnya dengan Yesus Kristus sendiri. Ia memberikan hidup-Nya bagi umat manusia dengan mati di kayu salib, agar manusia itu hidup secara rohani. Roti yang dibagi dalam Perayaan Ekaristi/Perjamuan Suci mengandung makan yang mendalam. Pada saat konsekrasi, roti tersebut diubah menjadi Roti kehidupan abadi untuk kita. Kristus menggunakan roti biasa sebagai tanda bagi suatu kenyataan rohani. Ia sendiri menajadi santapan hidup rohani ilahi kita.
Latar Belakang Teks
Dalam Injil Matius, Yesus mengadakan mujizat memperbanyak
roti dengan melihat situasi saat itu. Pada saat itu banyak sekali orang datang
berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang denga maksud untuk mendengarkan
pengajaran-Nya. Yesus – dalam ay. 13 – bermaksud untuk menyingkir ke tempat
sunyi, setelah Ia mendengar berita tentang Yohanes Pembaptis, yang telah mati
dibunuh oleh Herodes (ay. 1-12). Setelah mendengar berita bahwa Yesus telah
pergi, maka orang-orang datang berbondong-bondong mencari-Nya. Ketika Yesus
sampai ke darat, Ia melihat banyak sekali orang yang sedang menantikan
kedatangan-Nya. Melihat orang banyak yang begitu antusias mengikuti-Nya, maka
tergeraklah hati-Nya untuk mengajar mereka dan menyembuhkan yang sakit. Hari
mulai malam dan orang-orang belum ada yang beranjak dari tempat itu.
Murid-murid Yesus menjadi gelisah karena pada mereka tidak ada makanan yang
cukup untuk memberi orang-orang itu makan. Akhirnya, mereka meminta kepada
Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi. Namun, Yesus tidak melakukan hal
demikian. Ia malahan mengadakan mujizat dengan memperbanyak roti untuk memberi
mereka makan. Orang-orang yang hadir kira-kira lima ribu orang laki-laki, tidak
termasuk perempuan dan anak-anak. Potongan-potongan roti yang dikumpulkan
sebanyak 12 bakul penuh. Perikop sesudahnya (ay. 22-23), setelah Yesus memberi
makan orang banyak, Ia menyuruh mereka pulang, sementara murid-murid-Nya naik
ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang. Setelah itu, Ia naik ke atas bukit
untuk berdoa, sementara itu murid-murid-Nya sudah bermil-mil dari pantai.
Mereka mulai merasa cemas, mengapa Yesus belum kelihatan, ditambah lagi kapal
mereka diombang-ambingkan oleh badai. Beberapa saat kemudian, Yesus muncul
dihadapan mereka dengan berjalan di atas air. Akhirnya badai pun diredahkan
oleh-Nya. Dan murid-murid-Nya menyembah Dia.
Teks-Teks Pendukung
1. Kitab Suci Perjanjian Lama • Kel. 16:1-36 : Manna, Sabat
• 1 Raj. 17:7-16 : Elia dan Janda di Sarfat 2. Kitab Suci Perjanjian Baru •
Mat. 14:13-21 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang • Mat. 14:32-39 : Yesus Meberi
Makan Empat Ribu Orang • Mrk. 6:30-44 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang •
Mrk. 8:1-10 : Yesus Memberi Makan Empat Ribu Orang • Luk. 9:10-17 : Yesus
Memberi Makan Lima Ribu Orang • Yoh. 6:1-15 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu
Orang Analisis Teks Semua Injil dalam Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan
tentang Yesus memberi makan orang banyak. Namun, keempat Injil tersebut
memiliki perbedaannya masing-masing. Dalam Injil Lukas (Luk 9:10-17) dan
Yohanes (Yoh. 6:1-13) hanya menceritakan satu kali saja mukjizat memperbanyak
roti yang dilakukan oleh Yesus. Sedangkan Injil Matius (Mat 14:13-21 dan Mat.
15:32-39) dan Markus (Mrk. 6:30-44 dan Mrk. 8:1-10) menceritakan dua kali
peristiwa tersebut. Meskipun dalam Injil peristiwa tersebut terjadi dua kali, namun
yang sebenarnya terjadi hanyalah satu kali saja. Hal ini disebabkan karena
dipengaruhi oleh dua buah tradisi. Tradisi pertama datang dari daerah
Palestina. Menurut tradisi tersebut, peristiwa itu terjadi di pantai barat
danau Galilea dan mengenai dua belas bakul melambangkan dua belas suku Israel
dan jumlah para rasul. Tradisi yang kedua datang dari kalangan Kristen yang
bukan keturunan Yahudi. Menurut tradisi tersebut peristiwa ini terjadi di
pantai timur danau, di mana penduduk daerah tersebut bukan orang Yahudi.
Mengenai tujuh bakul dan tujuh roti melambangkan jumlah suku Kanaan, dan jumlah
diaken dari kalangan Kristen yang berbahasa Yunani. Kedua cerita yang ada dalam
Injil Matius dan Markus, selain menyangkut jumlah bakul yang tersisa masih ada
juga perbedaan lain. Dalam Mat. 14:13-21, orang yang ikut makan ada kira-kira
lima ribu orang laki-laki , tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Sedangkan
dalam Mat. 15:32-39, dikatakan sudah berapa lama orang-orang banyak mengikuti
Yesus (3 hari). Dalam Injil ini juga dikatakan bahwa roti yang ada pada
murid-murid berjumlah tujuh potong roti dan ikan yang ada tidak dikatakan
dengan jelas berapa jumlahnya. Orang yang ikut makan bersama juga berbeda
dengan teks yang satu. Pada perikop ini, orang yang ikut makan berjumlah empat
ribu orang laki-laki, tidak termasuk anak-anak dan perempuan. Namun demikian,
kedua teks ini memiliki kesamaan dengan Injil Markus, yang juga mencantumkan
dua peristiwa yang sama dalam satu Injil. Dibandingkan dengan Injil Lukas (Luk.
9:10-17), cerita mengenai Yesus mengadakan mujizat memperbanyak roti sangat
jauh berbeda. Dilihat dari latar belakang Injil ini, maksud Yesus bersama
murid-murid-Nya menyingkir dari kota adalah karena pada saat itu Herodes sedang
mencari-cari-Nya. Dalam Injil Matius dan Markus tidak dijelaskan secara
eksplisit, Yesus itu pergi ke daerah mana. Sedangkan dalam Injil Lukas,
dijelaskan secara sangat jelas bahwa Yesus pergi ke daerah Betsaida. Selain
Injil Lukas, Injil Yohanes juga memiliki perbedaan dengan Injil Matius dan
Markus. Selain hanya menceritakan satu peristiwa saja mengenai mujizat
penggandaan roti yang dilakukan oleh Yesus, masih ada juga perbedaan lainnya.
Misalnya, dalam Injil ini, dijelaskan bahwa Yesus bersama murid-murid-Nya pergi
ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Mengenai roti, dijelaskan
bahwa murid-murid tidak memiliki roti sama sekali. Roti dan ikan hanya diambil
dari seorang anak kecil. Tidak sama dengan Injil yang lainnya, Injil Yohanes
pada bagian akhir dari perikop ini menjelaskan apa alasan Yesus dan
murid-murid-Nya menyingkir dari orang banyak setelah mereka makan dengan
kenyang, yaitu untuk menjadikan-Nya raja. Dalam Injil Yohanes juga, dikatakan
bahwa Yesus adalah Roti Hidup. Yesus melambangkan diri-Nya sebagai roti yang hidup.
Barang siapa yang datang kepada-Nya, ia tidak akan lapar lagi. Yesus
menyebutnya sebagai Roti Hidup untuk memenuhi permintaan dari orang-orang yang
mengikuti-Nya, yang meminta tanda dari-Nya. Setelah kita membanding-bandingkan
mujizat tentang roti dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, sekarang hendaklah kita
melihat mujizat tentang roti dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian
Lama, roti disebut juga dengan istilah “manna”. Seperti halnya dengan roti,
manna menjadi lambang Ekaristi, santapan rohani bagi Gereja, ialah Israel
sejati yang sedang menempuh keluarannya di bumi ini. Dalam kitab Kel. 16:1-36,
diceritakan tentang orang-orang Israel yang pada semulanya mulai merasa bahwa
Tuhan sudah tidak memperhatikan mereka. Ketika mereka berada di padang gurun,
mereka hampir mati kelaparan. Mereka mulai mengeluh kepada Tuhan. Akan tetapi,
karena belas kasihan-Nya kepada mereka, maka Dia mendengarkan seruan mereka.
Dia menurunkan roti dari surga, sehingga mereka dapat makan sampai kenyang.
Peristiwa ini terjadi selama empat puluh tahun sampai mereka tiba di perbatasan
tanah Kanaan. Reaksi Dari Orang-Orang Yang Diberi Makan Dalam Injil Matius,
kedua kisah perbanyak roti, tidak dijelaskan bagaimana reaksi dari orang-orang
yang mengikuti Yesus, setelah mereka diberi makan. Dalam Injil Markus, yang
juga mempunyai dua kisah yang sama, tidak dijelaskan bagaimana reaksi dari
orang-orang yang ikut makan. Hanya dikatakan bahwa setelah Yesus memberi mereka
makan, Yesus menyuruh orang-orang itu pulang dan Ia bersama muri-murid-Nya
bertolak ke daerah Dalmanuta. Dalam Injil Lukas, tidak juga menjelaskan kepada
kita apa reaksi dari orang-orang yang ada di sekitar. Akan tetapi, Injil
Yohanes menjelaskan kepada kita reaksi orang-orang tersebut. Injil Yohanes
mengatakan, bahwa setelah mereka diberi makan mereka mengakui bahwa Yesus
adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia. Untuk itu mereka
berniat untuk membawa Yesus dengan paksa untuk menjadikan-Nya raja. Akan
tetapi, Yesus mengetahui maksud mereka, Ia menyingkir ke gunung seorang diri.
Kesimpulan
Mujizat yang dilakukan oleh Yesus dengan memperbanyak roti
dianggap sangat penting dalam pewartaan rasuli purba. Bukan karena mujizat ini
diberitakan oleh keempat Injil, namun karena mujizat ini agaknya telah
dipelihara dalam tradisi lisan sebelum Injil ditulis. Alasannya jelas: mujizat
ini merupakan suatu nubuat dengan tindakan yang menggambarkan Ekaristi. Di
padang gurun Yesus menyediakan suatu perjamuan kemesiasan bagi umat-Nya. Dalam
Injilnya, Matius menggunakan kata-kata yang sama untuk menunjukkan perbuatan
Yesus seperti yang terjadi pada kisah Perjamuan Terakhir, yaitu mengucapkan
berkat, memecah-mecahkan, dan memberikan. Dalam kisah ini juga dikatakan bahwa
hanya remah-remah roti yang dikumpulkan setelah peristiwa itu. Kisah ini juga
melambangkan fungsi liturgi atau imamat rasul dalam Gereja. Merekalah yang
melayani orang banyak dan mengumpulkan apa yang tersisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar