Laman

Rabu, 13 Februari 2013

MUKJIZAT PERBANYAKAN ROTI



Pendahuluan
Roti adalah makanan yang dibuat dari bahan pokok tepung terigu. Di beberapa daerah, roti merupakan makanan pokok sehari-hari. Pada zaman Yesus, bahkan sebelum Yesus datang ke dunia ini, roti sudah menjadi makanan pokok. Di pesta-pesta, yang disajikan bukanlah nasi melainkan roti. Roti biasanya dipasangkan dengan anggur. Roti dan anggur adalah bahan yang dipilih oleh Yesus, waktu merayakan Perjamuan Suci pada malam sebelum wafat-Nya demi penebusan umat manusia. Itu menjadi tanda pengorbanan dan sebagai tanda hubungan antara Yesus dengan umat-Nya. Perayaan Ekaristi dalam Gereja Purba disebut berkumpul untuk memecahkan roti (Kis 2,42;20,7). Para Pujangga Gereja menegaskan bahwa agar Sakramen Ekaristi itu dapat dirayakan secara sah, maka bahan yang digunakan untuk konsekrasi hanyalah roti dan anggur.
Seperti yang telah dijelaskan tadi bahwa roti merupakan makanan pokok, maka dengan demikian menerima roti melambangkan menerima Kristus sebagai santapan rezeki rohani. Seperti halnya dengan roti yang terbentuk karena dikumpulkan dari biji-bijian gandum yang berbeda, demikian pula dengan umat Allah dibangun dan dibentuk dari orang-orang yang berasal dari seluruh dunia. Yesus adalah santapan rohani. Dengan kata lain, semua orang harus makan agar dapat hidup, namun apa yang dimakan itu tidak akan hidup lagi. Demikian halnya dengan Yesus Kristus sendiri. Ia memberikan hidup-Nya bagi umat manusia dengan mati di kayu salib, agar manusia itu hidup secara rohani. Roti yang dibagi dalam Perayaan Ekaristi/Perjamuan Suci mengandung makan yang mendalam. Pada saat konsekrasi, roti tersebut diubah menjadi Roti kehidupan abadi untuk kita. Kristus menggunakan roti biasa sebagai tanda bagi suatu kenyataan rohani. Ia sendiri menajadi santapan hidup rohani ilahi kita.
Latar Belakang Teks
Dalam Injil Matius, Yesus mengadakan mujizat memperbanyak roti dengan melihat situasi saat itu. Pada saat itu banyak sekali orang datang berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang denga maksud untuk mendengarkan pengajaran-Nya. Yesus – dalam ay. 13 – bermaksud untuk menyingkir ke tempat sunyi, setelah Ia mendengar berita tentang Yohanes Pembaptis, yang telah mati dibunuh oleh Herodes (ay. 1-12). Setelah mendengar berita bahwa Yesus telah pergi, maka orang-orang datang berbondong-bondong mencari-Nya. Ketika Yesus sampai ke darat, Ia melihat banyak sekali orang yang sedang menantikan kedatangan-Nya. Melihat orang banyak yang begitu antusias mengikuti-Nya, maka tergeraklah hati-Nya untuk mengajar mereka dan menyembuhkan yang sakit. Hari mulai malam dan orang-orang belum ada yang beranjak dari tempat itu. Murid-murid Yesus menjadi gelisah karena pada mereka tidak ada makanan yang cukup untuk memberi orang-orang itu makan. Akhirnya, mereka meminta kepada Yesus untuk menyuruh orang-orang itu pergi. Namun, Yesus tidak melakukan hal demikian. Ia malahan mengadakan mujizat dengan memperbanyak roti untuk memberi mereka makan. Orang-orang yang hadir kira-kira lima ribu orang laki-laki, tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Potongan-potongan roti yang dikumpulkan sebanyak 12 bakul penuh. Perikop sesudahnya (ay. 22-23), setelah Yesus memberi makan orang banyak, Ia menyuruh mereka pulang, sementara murid-murid-Nya naik ke perahu dan mendahului-Nya ke seberang. Setelah itu, Ia naik ke atas bukit untuk berdoa, sementara itu murid-murid-Nya sudah bermil-mil dari pantai. Mereka mulai merasa cemas, mengapa Yesus belum kelihatan, ditambah lagi kapal mereka diombang-ambingkan oleh badai. Beberapa saat kemudian, Yesus muncul dihadapan mereka dengan berjalan di atas air. Akhirnya badai pun diredahkan oleh-Nya. Dan murid-murid-Nya menyembah Dia.
Teks-Teks Pendukung
1. Kitab Suci Perjanjian Lama • Kel. 16:1-36 : Manna, Sabat • 1 Raj. 17:7-16 : Elia dan Janda di Sarfat 2. Kitab Suci Perjanjian Baru • Mat. 14:13-21 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang • Mat. 14:32-39 : Yesus Meberi Makan Empat Ribu Orang • Mrk. 6:30-44 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang • Mrk. 8:1-10 : Yesus Memberi Makan Empat Ribu Orang • Luk. 9:10-17 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang • Yoh. 6:1-15 : Yesus Memberi Makan Lima Ribu Orang Analisis Teks Semua Injil dalam Kitab Suci Perjanjian Baru menceritakan tentang Yesus memberi makan orang banyak. Namun, keempat Injil tersebut memiliki perbedaannya masing-masing. Dalam Injil Lukas (Luk 9:10-17) dan Yohanes (Yoh. 6:1-13) hanya menceritakan satu kali saja mukjizat memperbanyak roti yang dilakukan oleh Yesus. Sedangkan Injil Matius (Mat 14:13-21 dan Mat. 15:32-39) dan Markus (Mrk. 6:30-44 dan Mrk. 8:1-10) menceritakan dua kali peristiwa tersebut. Meskipun dalam Injil peristiwa tersebut terjadi dua kali, namun yang sebenarnya terjadi hanyalah satu kali saja. Hal ini disebabkan karena dipengaruhi oleh dua buah tradisi. Tradisi pertama datang dari daerah Palestina. Menurut tradisi tersebut, peristiwa itu terjadi di pantai barat danau Galilea dan mengenai dua belas bakul melambangkan dua belas suku Israel dan jumlah para rasul. Tradisi yang kedua datang dari kalangan Kristen yang bukan keturunan Yahudi. Menurut tradisi tersebut peristiwa ini terjadi di pantai timur danau, di mana penduduk daerah tersebut bukan orang Yahudi. Mengenai tujuh bakul dan tujuh roti melambangkan jumlah suku Kanaan, dan jumlah diaken dari kalangan Kristen yang berbahasa Yunani. Kedua cerita yang ada dalam Injil Matius dan Markus, selain menyangkut jumlah bakul yang tersisa masih ada juga perbedaan lain. Dalam Mat. 14:13-21, orang yang ikut makan ada kira-kira lima ribu orang laki-laki , tidak termasuk perempuan dan anak-anak. Sedangkan dalam Mat. 15:32-39, dikatakan sudah berapa lama orang-orang banyak mengikuti Yesus (3 hari). Dalam Injil ini juga dikatakan bahwa roti yang ada pada murid-murid berjumlah tujuh potong roti dan ikan yang ada tidak dikatakan dengan jelas berapa jumlahnya. Orang yang ikut makan bersama juga berbeda dengan teks yang satu. Pada perikop ini, orang yang ikut makan berjumlah empat ribu orang laki-laki, tidak termasuk anak-anak dan perempuan. Namun demikian, kedua teks ini memiliki kesamaan dengan Injil Markus, yang juga mencantumkan dua peristiwa yang sama dalam satu Injil. Dibandingkan dengan Injil Lukas (Luk. 9:10-17), cerita mengenai Yesus mengadakan mujizat memperbanyak roti sangat jauh berbeda. Dilihat dari latar belakang Injil ini, maksud Yesus bersama murid-murid-Nya menyingkir dari kota adalah karena pada saat itu Herodes sedang mencari-cari-Nya. Dalam Injil Matius dan Markus tidak dijelaskan secara eksplisit, Yesus itu pergi ke daerah mana. Sedangkan dalam Injil Lukas, dijelaskan secara sangat jelas bahwa Yesus pergi ke daerah Betsaida. Selain Injil Lukas, Injil Yohanes juga memiliki perbedaan dengan Injil Matius dan Markus. Selain hanya menceritakan satu peristiwa saja mengenai mujizat penggandaan roti yang dilakukan oleh Yesus, masih ada juga perbedaan lainnya. Misalnya, dalam Injil ini, dijelaskan bahwa Yesus bersama murid-murid-Nya pergi ke seberang danau Galilea, yaitu danau Tiberias. Mengenai roti, dijelaskan bahwa murid-murid tidak memiliki roti sama sekali. Roti dan ikan hanya diambil dari seorang anak kecil. Tidak sama dengan Injil yang lainnya, Injil Yohanes pada bagian akhir dari perikop ini menjelaskan apa alasan Yesus dan murid-murid-Nya menyingkir dari orang banyak setelah mereka makan dengan kenyang, yaitu untuk menjadikan-Nya raja. Dalam Injil Yohanes juga, dikatakan bahwa Yesus adalah Roti Hidup. Yesus melambangkan diri-Nya sebagai roti yang hidup. Barang siapa yang datang kepada-Nya, ia tidak akan lapar lagi. Yesus menyebutnya sebagai Roti Hidup untuk memenuhi permintaan dari orang-orang yang mengikuti-Nya, yang meminta tanda dari-Nya. Setelah kita membanding-bandingkan mujizat tentang roti dalam Kitab Suci Perjanjian Baru, sekarang hendaklah kita melihat mujizat tentang roti dalam Kitab Suci Perjanjian Lama. Dalam Perjanjian Lama, roti disebut juga dengan istilah “manna”. Seperti halnya dengan roti, manna menjadi lambang Ekaristi, santapan rohani bagi Gereja, ialah Israel sejati yang sedang menempuh keluarannya di bumi ini. Dalam kitab Kel. 16:1-36, diceritakan tentang orang-orang Israel yang pada semulanya mulai merasa bahwa Tuhan sudah tidak memperhatikan mereka. Ketika mereka berada di padang gurun, mereka hampir mati kelaparan. Mereka mulai mengeluh kepada Tuhan. Akan tetapi, karena belas kasihan-Nya kepada mereka, maka Dia mendengarkan seruan mereka. Dia menurunkan roti dari surga, sehingga mereka dapat makan sampai kenyang. Peristiwa ini terjadi selama empat puluh tahun sampai mereka tiba di perbatasan tanah Kanaan. Reaksi Dari Orang-Orang Yang Diberi Makan Dalam Injil Matius, kedua kisah perbanyak roti, tidak dijelaskan bagaimana reaksi dari orang-orang yang mengikuti Yesus, setelah mereka diberi makan. Dalam Injil Markus, yang juga mempunyai dua kisah yang sama, tidak dijelaskan bagaimana reaksi dari orang-orang yang ikut makan. Hanya dikatakan bahwa setelah Yesus memberi mereka makan, Yesus menyuruh orang-orang itu pulang dan Ia bersama muri-murid-Nya bertolak ke daerah Dalmanuta. Dalam Injil Lukas, tidak juga menjelaskan kepada kita apa reaksi dari orang-orang yang ada di sekitar. Akan tetapi, Injil Yohanes menjelaskan kepada kita reaksi orang-orang tersebut. Injil Yohanes mengatakan, bahwa setelah mereka diberi makan mereka mengakui bahwa Yesus adalah benar-benar nabi yang akan datang ke dalam dunia. Untuk itu mereka berniat untuk membawa Yesus dengan paksa untuk menjadikan-Nya raja. Akan tetapi, Yesus mengetahui maksud mereka, Ia menyingkir ke gunung seorang diri.
Kesimpulan
Mujizat yang dilakukan oleh Yesus dengan memperbanyak roti dianggap sangat penting dalam pewartaan rasuli purba. Bukan karena mujizat ini diberitakan oleh keempat Injil, namun karena mujizat ini agaknya telah dipelihara dalam tradisi lisan sebelum Injil ditulis. Alasannya jelas: mujizat ini merupakan suatu nubuat dengan tindakan yang menggambarkan Ekaristi. Di padang gurun Yesus menyediakan suatu perjamuan kemesiasan bagi umat-Nya. Dalam Injilnya, Matius menggunakan kata-kata yang sama untuk menunjukkan perbuatan Yesus seperti yang terjadi pada kisah Perjamuan Terakhir, yaitu mengucapkan berkat, memecah-mecahkan, dan memberikan. Dalam kisah ini juga dikatakan bahwa hanya remah-remah roti yang dikumpulkan setelah peristiwa itu. Kisah ini juga melambangkan fungsi liturgi atau imamat rasul dalam Gereja. Merekalah yang melayani orang banyak dan mengumpulkan apa yang tersisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar